Home | Looking for something?
  • Cerita
  • Edit
  • Jumat, 23 April 2010

    Badri Ismaya


    Published: 11 Feb 2010 16:03:00 WIB by: kickandy

    Badri (58 tahun) tertarik melakukan penghijauan dari hulu-hilir di daerah aliran sungai Ciliwung. Dia menyadari bahwa lahan akan menjadi kritis tanpa pepohonan dan dapat mengakibatkan banjir. Dia merasa sedih melihat korban banjir di ibukota negara, Jakarta. Lebih lanjut, Badri menyadari bahwa perputaran perekonomian ada di Jakarta sehingga apabila Jakarta dilanda banjir maka akan berimbas kepada daerah-daerah lainnya. Seperti apa yang terjadi pada tahun 1996, akibat banjir besar di Jakarta, masyarakat kesusahan mendapatkan minyak tanah dan kebutuhan pokok lainnya. Dia mengharapkan agar bencana seperti itu tidak terulang kembali dan daerah aliran sungai Ciliwung akan tetap hijau dari hulu-hilir.

    Badri mengenang pada tahun 1980, daerah Cisarua masih alami  berupa sawah, kebun teh dan air hujan masih dapat langsung meresap. Pada saat itu dia masih menjadi penjarah kayu, selama 6 tahun menjarah kayu di Gunung  Pangrango dan sekitarnya, pada tanggal 10 Juni 1980 ketika membawa hasil jarahan disiang hari bolong air menetes dari akar kayu. Kejadian tersebut membuat Badri bertanya, pertanda apakah ini?  Akhirnya, Badri mengambil kesimpulan bahwa ini merupakan tanda-tanda peringatan-Nya dan sejak siang itu Badri berjanji untuk berhenti menjarah kayu dan tekun menanam berbagai jenis pohon.

    Menurutnya, akibat alih fungsi menjadi bangunan antara tahun 1980-1990 suhu di Puncak mulai berubah. Bahkan, sekarang ini apabila memasuki musim panas maka kita sudah dapat merasakan suhu yang mulai memanas. Badri bertekad unutk terus mencintai alam dan lingkungan, serta ikut andil dalam menanam pohon. Bahkan dia mengatakan bahwa kalaupun ia mampu, ia mau membantu daerah lain diseluruh Indonesia. Karena dia sedih apabila melihat hutan gundul dan kebakaran hutan.

    Kepedulian Badri terhadap lingkungan mendapat kendala. Dia dihujat oleh para makelar tanah karena dia memberitahu orang yang ingin membeli tanah di daerah resapan ini agar tidak jadi membeli. Dia bahkan sempat ditonjok di bagian mukanya, nyaris ditusuk orang, dan bahkan depan rumahnya dihancurkan oleh orang-orang yang tidak menyukai aksinya menjaga konservasi alam dan menanam tanaman di daerah sekitar yang memang bukan miliknya. Badri juga memberikan penyuluhan tentang sumur resapan di daerah Cipayung. Dia merasa senang bisa bermanfaat bagi orang lain. Badri berkeyakinan kuat dan tidak pernah berputus asa mengajak masyarakat. Pada tahun 1997, Badri baru mendapat dukungan dari masyarakat. Ditambahkanya, hasil dari konvervasi yang dilakukannya pada akhirnya dapat dinikmati bersama.

    Badri pernah diundang ke Malaysia dan Perancis tetapi dia tidak mau karena dia sangat mencintai Indonesia. Dan dia merasa bahwa Indonesia masih memerlukan penyuluhan dan pertolongan. Bahkan menurutnya para petani mengeluh karena kurang mendapatkan informasi, Badri ingin agar petani lokal sejajar dengan petani di luar. Harapan Badri kedepan adalah dengan terus menghimbau masyarakat Indonesia agar sadar dan melestarikan alam. Dia ingin meninggalkan tanah yang subur bagi anak cucu dan bukan hanya tulang belulang. Badri telah mendapatkan manfaat dari apa yang dilakukannya. Banyak orang yang datang dan belajar kepadanya dan sukses. Mereka ada yang sudah lulus S2, S3, menjadi rektor, dosen IPB, Direktur di institusi pemerintahan. Badri mengaku bangga, dia mengatakan dibanding harta kekayaan bagi diri sendiri. Dia senang bisa menyumbangkan sesuatu kepada orang lain yang membutuhkan pengalamannya. Dia bahkan menanam berbagai tempat, yang terpenting baginya adalah terus menanam.


     

    0 komentar:

    Posting Komentar

     

    TV Channel

    google translate

    chat disini aja yuk ^^